+62 81321816585 cs@nusantara-agri.com
Kembangkan Ekonomi Petani, PT. Nusantara Darma Ayu Jalin Kemitraan dengan LPPNU dan Kelompok Tani

Kembangkan Ekonomi Petani, PT. Nusantara Darma Ayu Jalin Kemitraan dengan LPPNU dan Kelompok Tani

PT. Nusantara Dharma Ayu menunjukkan keseriusannya dalam menjalankan program ketahanan pangan yang menjadi visi dan misinya dalam mengembangkan agribisnis, dengan menjalin kemitraan strategis dengan Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) Kabupaten Indramayu dan Kelompok Tani Sumbermulyo Sejahtera, Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu.

Implementasi kemitraan ini diwujudkan dengan diselenggarakannya seremonial penanaman perdana tanaman jagung dan sorgum di Desa Cikawung, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu pada Senin (09/10/2023).

Ketua LPPNU Kabupaten Indramayu, KH. M. Siddiq Tarabek mengapresiasi dan menyampaikan bahwa kegiatan ini sesuai dengan visi dan misi LPP Nahdlatul Ulama untuk meningkatkan kemandiriaan jama’ah dalam bidang ekonomi.

“Kami sangat menyambut baik dan memberikan apresiasi kepada PT. Nusantara Dharma Ayu dan masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Tani Sumbermulyo Sejahtera yang telah menginisiasi penanaman jagung perdana sebagai salah satu usaha dalam rangka menggerakan perekonomian masyarakat,” kata KH. M. Siddiq Tarabek dalam sambutannya.

Ia mengatakan mudah-mudahan melalui kegiatan ini program pemulihan ekonomi masyarakat semakin bertumbuh dan menggeliat, khususnya petani semakin sejahtera.

Sementara itu, Direktur PT. Nusantara Dharma Ayu menyampaikan bahwa sebagai perusahaan nasional, PT. Nusantara Dharma Ayu senantiasa mendukung visi pembangunan pertanian Indonesia untuk mencapai sistem pertanian berkelanjutan, industri yang mampu menyelesaikan dan menjaga pasokan pangan nasional serta kesejahteraan petani.

“Kegiatan hari ini tentunya bukan hanya sekedar acara seremonial melakukan penanaman jagung dan sorgum perdana semata, namun lebih jauh lagi merupakan bentuk dukungan terhadap Pemerintah baik pusat maupun Daerah dalam pengembangan Industrialisasi Pertanian dan Agrowisata khususnya di Kabupaten Indramayu, yang muaranya adalah mampu menjaga pasokan pangan nasional serta yang tak kalah pentingnya adalah kesejahteraan petani” ucapnya.

Saat ini, lanjut dia, ada beberapa program prioritas pemerintah di bidang pertanian yakni, peningkatan kesejahteraan petani, ketahanan pangan, pemasaran hasil produksi, penerapan teknologi, produksi, sarana dan prasarana pertanian, serta produksi perkebunan.

”Salah satu upaya yang kami lakukan untuk menyukseskan program prioritas pemerintah itu, yakni melalui peningkatan produksi jagung dan sorgum. Ini akan tercapai jika ada sinergis antara pemerintah, lembaga seperti LPPNU, petani dan kami sebagai perusahaan,” terangnya.

”Tentu juga diperlukan keterlibatan seluruh stakeholder pertanian dalam menyukseskan program pemerintah di bidang pangan, khususnya swasembada pangan berkelanjutan,” pungkasnya.

PT. Nusantara Dharma Ayu tahap pertama rencananya akan menanam seluas 3 hektar dari potensi 1000 hektar yang akan ditanam pada periode 2023-2025 untuk tanaman jagung dan sorgum.

Ketua Kelompok Tani Sumbermulyo Sejahtera, Lilik Yuanto mengucapkan terima kasih atas dukungan PT. Nusantara Dharma Ayu dan LPPNU Kabupaten Indramayu kepada Kelompok Tani Sumbermulyo Sejahtera dalam rangka memajukan perekonomian masyarakat di daerah itu.

Usai acara seremonial, dilanjutkan dengan melakukan penanaman perdana jagung bersama-sama Direktur PT. Nusantara Dharma Ayu, Ketua LPPNU Kabupaten Indramayu, dan kelompok tani. Sebagai informasi, PT. Nusantara Dharma Ayu juga sebelumnya telah memberikan bantuan penyediaan air bersih dan saluran listrik untuk para petani.

Cetak Pebisnis Pertanian, Kementan Luncurkan BUPK

Cetak Pebisnis Pertanian, Kementan Luncurkan BUPK

Untuk mencetak banyak petani muda dan pebisnis pertanian, Kementerian Pertanian meluncurkan Badan Usaha Pertanian Kampus (BUPK), Jumat (21/7/2023) di UNHAS Convention Center Makassar.

Kerjasama pembentukan BUPK ditanda tangani antara Universitas Hassanudin Makassar dengan Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa, sebagaimana dilansir pertanian.go.id.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan Kementerian Pertanian telah menetapkan arah kebijakan pembangunan pertanian, yaitu Pertanian Maju, Mandiri, dan Modern.

“Arah kebijakan ini menjadi pedoman untuk bertindak cerdas, cermat dan akurat bagi jajaran Kementerian Pertanian dalam mencapai kinerja yang lebih baik, mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki, memanfaatkan teknologi mutakhir, dan korporasi petani sesuai arahan Bapak Presiden,” katanya.

Mentan menambahkan jika pendidikan vokasi memiliki posisi penting dalam pengembangan SDM.

“Di saat puncak bonus demografi, dimana usia kerja mendominasi proporsi penduduk indonesia, artinya kita harus sediakan peluang kerja sebanyak-banyaknya kita harus siapkan kapasitas mahasiswa dan alumni kita agar produktif dan kompetitif,” tuturnya.

Menurutnya,salah satu upaya untuk menumbuhkan wirausaha muda pertanian melalui pendidikan adalah dengan pembentukan BUPK dan pengelolaan secara bersama antara Polbangtan/PEPI Lingkup Kementerian Pertanian dengan Perguruan Tinggi Mitra.

“BUPK adalah wadah bagi mahasiswa, alumni perguruan tinggi dan pemuda tani yang akan menjadi entrepreneur atau pengusaha pertanian, sekaligus menjadi penggerak dan pencipta lapangan kerja di sektor pertanian serta mengembangkan usahanya,” katanya.

Dalam upaya menumbuhkan minat generasi muda terhadap sektor pertanian, Mentan mengajak semua pihak untuk mengubah paradigma.

“Sektor pertanian merupakan sektor yang menarik dan menjanjikan apabila dikelola dengan tekun dan sungguh-sungguh, menanamkan kesadaran akan kebutuhan pangan nasional,” katanya.

BUPK sendiri merupakan gagasan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam menjawab tantangan dunia pertanian di masa depan sekaligus regenerasi petani.

“Badan Usaha Pertanian Kampus sebenarnya yang diinginkan kita (pemerintah dan kampus) untuk bersinergi untuk meningkatkan swasembada pangan,” katanya.

Ia menambahkan, BUPK melakukan proses bisnis pertanian, produksi, pasca panen, pemasaran, benar benar bisnis, bukan hanya teori. Dengan pengelolaan profesional sebagai unit bisnis.

Sebagai motivasi untuk para mahasiswa yang hadir, Mentan pun sempat berdialog dengan petani milenial secara online.

Sementara Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan dengan adanya badan usaha tersebut, para mahasiswa Polbangtan diharapkan menjadi lulusan siap kerja bahkan sebagai pencetak lapangan kerja.

“Kita sudah bangun badan usaha pertanian kampus, insya Allah akan segera diluncurkan,” kata Dedi.

Ia menjelaskan, badan usaha itu akan menjadi organisasi sekaligus unit kerja di kampus yang ditujukan agar para alumni siap berbisnis sendiri.

Mereka akan diasah untuk menekuni bidang agribisnis dengan berbagai fasilitas seperti smart green house yang saat ini terus didorong Kementan.

“Ini semua akan mengarah ke sana sehingga kita memperkuat pendidikan vokasi,” kata Dedi.

Sedangkan Polbangtan Gowa sudah memiliki sebuah BUPK yang diberinama Go-AGRise.

Go-AGRise diambil dari akronim Polbangtan Gowa Agribusiness Venture. Nama ini juga menunjukkan visi menjadi bisnis yang maju dan terus bertumbuh dan berkembang.

Go-AGRise adalah Badan Usaha Pertanian Kampus Polbangtan Gowa, yaitu badan usaha mandiri yang merupakan unit usaha Koperasi Kesuma Polbangtan Gowa, berbadan hukum koperasi

Go-AGRise memiliki beberapa unit bisnis, yaitu unit bisnis peternakan unggas, unit bisnis pupuk kompos, unit bisnis hortikultura, dan unit bisnis pengolahan kakao.

Sedangkan Lingkup Kerjasama pengelolaan BUPK Polbangtan Gowa dan Universitas Hasanuddin (UNHAS) antara lain BUPK UNHAS menjadi Pembina BUPK Polbangtan Gowa.

Kemudian BUPK UNHAS menjadi mitra offtaker dari produk yang dihasilkan BUPK Polbangtan Gowa, atau sebaliknya.

Kemudian BUPK Polbangtan Gowa bermitra dengan BUPK UNHAS dalam hal penyediaan bahan baku, market place, dan proses bisnis lainnya.

BUPK Polbangtan Gowa dan BUPK UNHAS juga berkerjasama menghasilkan “Produk Bersama” yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Mewakili Rektor, Sekretaris Universitas Hasanuddin, Sumbangan Baja menyambut baik peluncuran BUPK Polbangtan Gowa kerjasama dengan Universitas Hasanuddin.

“Proses pembahasan BUPK memang sudah cukup lama, dan hari ini kita luncurkan. Sebelumnya kerjasama dengan Kementan sudah lama terjalin, dan masalah ada di pemasaran, semoga BUPK hadir sebagai solusi,” ujarnya.

Ia mengatakan Universitas Hasanuddin melakukan penyesuaian kurikulum dari Merdeka Belajar, dengan mengarahkan mahasiswa kepada Agribisnis.

“Harapannya dengan kerjasama ini akan lahir lebih banyak pengusaha petani milenial dan unit bisnis agribisnis,” ujarnya.

Sejumlah petani milenial yang dihadirkan secara online dalam kegiatan ini. Di antaranya Ais, petani asal Bogor yang mengembangkan komoditas cabe Katokkon asal Tana Toraja.

Keunikan cabai Katokkon ini pun menjadi daya tarik tersendiri karena dikenal sebagai cabai terpedas di Indonesia.

Ais memperoleh omset total Rp1,5 M per hektare, dengan biaya tanam Rp250 juta-Rp300 Juta dengan siklus dua kali tanam.

Ada juga Indah, petani milenial asal Bali, dengan usaha Agrowisata Strawberry dengan sistem irigasi tetes.

Dengan lahan seluas 7 Ha, ia mampu meraup omset satu bulan 300 juta.

Ade, Petani Tanaman hias dengan pasar Ekspor dengan total kontrak ekspor periode 2021- Maret 2023 Rp2,1 T.

Kementan Dorong Daerah Tambah Lahan untuk Kedelai

Kementan Dorong Daerah Tambah Lahan untuk Kedelai

Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pemerintah daerah menambah lahan untuk komoditas kedelai. Dikutip dari pertanian.go.id, langkah ini perlu diambil karena iklim ekstrim El Nino menyebabkan dunia terancam kekeringan. Produksi kedelai global pun bisa menurun.

“Harga kedelai global bisa naik hingga tiga kali lipat. Kalau kita tidak tanam kedelai, mau makan apa kita besok?” ungkap Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat memberikan arahan pada Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Pelaksaan Kegiatan Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2023 di Bogor, Kamis (20/07/2023) malam.

Syahrul menyebut, produksi kedelai nasional perlu semakin ditingkatkan. Apalagi produk olahan kedelai sangat digemari masyarakat Indonesia.

“Kedelai itu sangat dibutuhkan. Kita makan tahu dan tempe. Kita juga makan kecap. Jadi yuk mari kita tanam kedelai,” ajaknya.

Ajakan Syahrul bukan tanpa alasan. Dengan produksi kedelai global yang berpotensi menurun karena El Nino, pasokan kedelai ke Indonesia pun bisa berkurang.

“Mungkin El Nino ini ada hikmahnya karena kita semua dipaksa untuk menanam. Jadi siapa tahu, impor kita justru bisa menurun,” ujarnya.

Untuk itu, Syahrul pun meminta pemerintah daerah untuk persiapkan program yang matang, mulai dari kelembagaan, sumber daya manusia, hingga pembiayaannya.

“Keluar dari mindset hanya mau jalan kalo ada uangnya. Manfaatkanlah KUR (kredit usaha rakyat.red). APBD gunakan untuk operasional pengendalian,” jelas Syahrul.

Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi mengatakan Animo petani bertanam kedelai semakin meningkat seiring kondisi harga semakin kompetitif meskipun nilai manfaatnya belum sebagus bertanam jagung.

“Kini harga kedelai di petani sekitar Rp 10.000-11.000 perkg dan menjadi peluang untuk memacu produktivitasnya ” katanya.

Lebih jauh ia menyampaikan bahwa sistem perbenihan kedelai disempurnakan dan diarahkan penangkaran insitu sehingga terlihat mampu menyediakan benih unggul yang dibutuhkan petani.

“Pada 2023 ini ditargetkan tanam 250.000 hektar kedelai tersebar di sentra dan pada tahun depan agar ditingkatkan lagi luasannya,” sebutnya.

Senada dengan Suwandi, Direktur Aneka Kacang dan Umbi (Akabi) Enie Tauruslina Amarullah menyebutkan potensi untuk peningkatan produksi kedelai nasional cukup besar.

“Hal tersebut didukung dengan luasnya lahan tadah hujan maupun lahan kering yang cocok untuk budidaya kedelai serta sumber daya petani yang sudah terbiasa menanam kedelai,” tutur Enie.

Ia menambahkan, kedelai lokal merupakan kedelai organik/non GMO yang lebih sehat untuk dikonsumsi masyarakat Indonesia.

Menurut Enie, tantangan saat ini adalah penanganan pasca panen yang belum maksimal sehingga mutu kedelai lokasi masih kalah bersaing dengan kedelai Impor.

“Tapi tantangan ini tidaklah sulit bila kita tanggulangi bersama-sama instansi yang terkait,” pungkasnya.

BPS Sebut 4 Komoditas Dominan Ini Dorong Nilai Tukar Petani Jadi Melesat

BPS Sebut 4 Komoditas Dominan Ini Dorong Nilai Tukar Petani Jadi Melesat

Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode Juni 2023 menunjukkan nilai yang positif. Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), perkembangan NTP mencapai 110,41 atau naik sebesar 0,19 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Kenaikan NTP tersebut disebabkan oleh 4 komoditas dominan, yakni kopi, sapi potong, kakao, serta cabai rawit. Selain itu, kenaikan tersebut juga dikarenakan indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,42 persen.

Sebagaimana dilansir liputan6.com, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Pudji Ismartini mengungkapkan bahwa peningkatan NTP tertinggi terjadi pada sub sektor holtikultura yang naik sebesar 2,22 persen.

“Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 2,39 persen atau lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayarkan petani yang mengalami kenaikan sebesar 0,17 persen,” ungkapnya.

Di lain kesempatan, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga Andri menegaskan bahwa pemerintah terus berupaya mengawal produksi komoditas pertanian strategis sejak dari hulu hingga hilir. Ia mengatakan, pendampingan secara intensif ini terbukti memberikan dampak yang signifikan.

“Bulan Juni banyak komoditas petanian yang panen dan menjelang hari raya, permintaan pasar dan pasokan cukup baik. Hal ini berdampak baik bagi peningkatan kesejahteraan petani yang sangat positif dan patut disyukuri,” tegasnya.

Nilai Tukar Usaha Petani Terjadi Kenaikan

Pudji mengatakan bahwa selain NTP, kenaikan juga terjadi pada Nilai Tukar Usaha Petani alias NTUP yang mencapai 111,11 atau naik 0,33 persen apabila dibandingkan pada NTUP Mei 2023.

“Kenaikan NTUP terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,42 persen atau lebih tinggi dari kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) yang mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen,” katanya.

“Komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan NTUP atau it ini adalah kopi, sapi potong, kakao/coklat biji dan cabe rawit dengan peningkatan NTUP tertinggi terjadi pada sub sektor hortikultura yang mencapai 2,29 persen,” jelas Pudji.

Dirinya menyebut, kenaikan terjadi karena indeks harga yang diterima petani naik sebesar 2,39 persen atau lebih tinggi dari kenaikan BPPBM yang mengalami kenaikan sebesar 0,10 persen.

“Adapun komoditas yang dominan mempengaruhi kenaikan BPPBM sub sektor hortikultura adalah bibit bawang merah, bibit kentang, upah mencangkul dan upah menuai atau upah memanen,” sebutnya.

Sebagai informasi, sebaran perkembangan NTP dan NTUP antar wilayah pada juni 2023 mencapai 21 provinsi yang naik dengan peningkatan tertinggi terjadi di Provensi Lampung sebesar 2,79 persen. Sementara itu, untuk nilai tukar usaha petani sebanyak 21 provinsi mengalami kenaikan NTUP dengan peningkatan tertinggi terjadi di Lampung sebesar 3,03 persen.

3 Varian Kopi Indonesia Unjuk Gigi di Amsterdam Coffee Festival 2023

3 Varian Kopi Indonesia Unjuk Gigi di Amsterdam Coffee Festival 2023

Kopi Indonesia memiliki daya tarik yang luar biasa, akses pasarnya semakin terbuka lebar. Dikutip dari pertanian.go.id, kopi Indonesia kembali harumkan bangsa di acara pameran kopi terbesar di Belanda, yang kali ini dilaksanakan di Westergas, Amsterdam mulai dari tanggal 30 Maret hingga 1 April 2023.

“Kegiatan ini peluang besar bagi Indonesia untuk memperkenalkan kopi Indonesia ke kancah internasional, karena ini merupakan festival tahunan yang mempertemukan para produsen kopi di dunia dengan pasar kopi eropa. Pada kesempatan ini, KBRI Indonesia di Belanda menempatkan 4 pelaku usaha utama pada Pavilion Indonesia untuk ikut berpartisipasi pada pameran ini yaitu Desa Sejahtera Astra, Dua Coffee, Catur Coffee, dan Kopi Tuku,” ujar Bernard Langoday, salah satu Socioprenur Coffee Indonesia, yang turut hadir mendampingi dan mengawal booth Paviliun Indonesia bersama dengan KBRI Belanda untuk mempromosikan 3 varian kopi nasional dari pelaku usaha yang menjadi binaan Kementerian Pertanian khususnya Ditjen. Perkebunan.

Bernard menjelaskan, Desa Sejahtera Astra yang diundang oleh KBRI di Belanda bekerjasama dengan IPB University membawa 3 produk kopi hasil kurasi binaan Kementerian Pertanian khususnya Direktorat Jenderal Perkebunan seperti Organik Java Preanger, Luwak Arabika Gayo, dan Robusta Pinrang.

Menurut Bernard, dengan jumlah pengunjung yang tercatat lebih dari 5.000 orang selama 3 hari ini, tentu saja menjadi potensi kerjasama ekspor kopi Indonesia. “Pameran kopi ini diharapkan menjadi peluang yang baik bagi pengusaha dan eksportir kopi Indonesia untuk mempromosikan kopi Nusantara secara luas bagi para penikmat kopi eropa khususnya 3 varian kopi yang memang sengaja kami kirimkan sampelnya karena ada permintaan khusus dari beberapa buyer di Belanda,” ujarnya.

Lebih lanjut, Bernard mengatakan, selain memperkenalkan kopi nasional, pada pameran ini juga dilakukan pertemuan dengan beberapa teman-teman roastery yang berpusat di Rotterdam dan Den Hague, mulai dari tanggal 4 hingga 5 April 2023, yang fokus pada pemasaran kopi jenis organik dan luwak.

“Terlihat pada pameran tersebut, Kopi luwak gayo binaan Ditjen. Perkebunan, Kementerian Pertanian meraih interested dan insights yang sangat bagus dengan model B2B,” ujarnya.

Diketahui berdasarkan dari hasil festival, Desa Sejahtera Astra berhasil melakukan MoU untuk produk inovasi kopi terbaru, Kopi Celup dengan komitmen pembayaran dan investasi untuk 15.000 kaleng kopi celup bersama Coffee Cupping International selaku mitra produksi, dagang, dan investasi. Selain itu, Desa Sejahtera Astra berhasil terkonekasi ke 20 lebih perusahaan, serta melakukan company visit di 2 perusahaan kopi terbesar di Belanda dan Belgia yaitu Daarnhouwers Co BV dan SAS Coffee Company.

Disisi lain, Pimpinan SAS Coffee Company dari Belgia melalui Merk Brand “Beanmeup” dalam wawancaranya menyatakan ketertarikannya terhadap kopi organik Java Preanger dari Indonesia. Ia juga mengatakan, “Ini adalah biji yang paling kami sukai. Washed Preanger dari Indonesia. Pada tahun 2016 lalu ketika dijawa kami membawa beberapa, namun sayangnya kami tidak dapat menemukan green beans di Eropa, untuk itu kami sangat senang bertemu dengan teman dari Indonesia di festival ini. Kami ingin sekali mendukung bisnis kopi Indonesia. Oleh karena itu kami membutuhkan minat klien pada biji kopi ini,” ujarnya.

Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah, mengapresiasi kontribusi KBRI Belanda untuk melibatkan beberapa varian kopi nasional dalam pameran tersebut.

“Belanda merupakan salah satu pasar potensial kopi Indonesia dan juga mitra kerja untuk ekspor produk perkebunan Indonesia. Khusus Kopi, Belanda merupakan importir kopi terbesar ke-7 di Eropa dengan konsumsi per kapita rata-rata mencapai 8,3kg/tahun/orang dan tercatat memiliki peningkatan ekspor kopi dari Indonesia ke Belanda sekitar 54,69% di tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Secara umum, ekspor kopi Indonesia pada tahun 2022 meningkat 4,2% dari sisi volume dan meningkat 23,4% dari sisi Nilai dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Andi Nur.

Andi Nur menekankan, terlaksananya pameran ini merupakan sarana penting untuk mempromosikan komoditas perkebunan Indonesia ke Luar Negeri, khususnya Kopi Indonesia yang memang dikenal cita rasa khas dan tidak didapat di sentra produsen kopi negara lain.

“Melalui promosi ini, kami harapkan menjadi salah satu strategi Ditjen, Perkebunan dalam mengakselerasi peningkatan ekspor komoditas perkebunan tiga kali lipat atau dikenal dengan kebijakan Gratieks (Gerakan 3 kali lipat ekspor) hingga tahun 2024. Kami terus mendorong terbangunnya Branding kopi Indonesia di perdagangan dunia. Seperti apa yang pernah dikatakan oleh Menteri Pertanian bahwa kedepan, tidak ada 1 pun café Coffee di Dunia tanpa adanya Kopi dari Indonesia. Semoga kopi Indonesia terus berjaya dalam perdagangan dunia tanpa ada hambatan perdagangan,” harap Andi Nur.

Bagikan:

Tingkatkan Kapasitas SDM, Inovasi Teknologi dan Kendalikan HPT Demi Kejayaan Kakao

Tingkatkan Kapasitas SDM, Inovasi Teknologi dan Kendalikan HPT Demi Kejayaan Kakao

Permintaan kakao mengalami peningkatan 3% per tahun dan diperkirakan permintaan kakao dunia pada tahun-tahun ke depan akan selalu meningkat. Hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia sebagai salah satu negara penghasil dan pengekspor kakao terbesar di dunia.

Dikutip dari pertanian.go.id, kondisi pertanaman kakao di Indonesia 17% tanaman rusak (TR), 17% tanaman belum menghasilkan (TBM) dan 67% tanaman menghasilkan (TM). Dari data statistik perkebunan 99% tanaman kakao diusahakan oleh perkebunan rakyat (PR). Sejak tahun 2011 sampai tahun 2021 produksi kakao Indonesia mengalami penurunan dan produktivitasnya belum bisa mencapai optimal. Selain itu, pengembangan perkebunan kakao nasional saat ini belum optimal, masih banyak kendala baik di hulu maupun di hilir yang memerlukan penanganan yang lebih intensif, terintegrasi dan berkelanjutan.

Merespon kondisi ini, Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan khususnya Direktorat Tanaman Tahunan dan Penyegar terus melakukan upaya dalam menghadapi tantangan pengelolaan perkebunan kakao nasional, demikian disampaikan Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar diwakili Gento Widayanto, Koordinator Tanaman Penyegar dalam membuka kegiatan Bimtek Tanaman Kakao di BSIP Tanaman Industri dan Penyegar, Kab. Sukabumi (14/2).

Menurut peneliti dari BSIP Tanaman Industri dan Penyegar permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kakao di Indonesia antara lain dampak perubahan iklim mengakibatkan perubahan perilaku OPT. Kondisi tanaman yang sudah tua dan tidak produktif, kurangnya intensitas pemeliharaan kebun (terutama perkebunan rakyat), serangan OPT dan tidak menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) secara konsisten. Selanjutnya, terjadinya degradasi tanah dan penanganan pascapanen belum sesuai GHP dan sebagian besar biji kakao belum difermentasi.

Selain itu, meningkatnya harga agro input seperti pupuk dan pestisida. Kemudian, masih terbatasnya kemitraan antara pengusaha atau industri dengan pekebun. Dan yang terakhir, akses terhadap permodalan untuk pengembangan komoditi kakao masih sangat terbatas.
Permasalahan utama pada perkebunan kakao rakyat, seperti rendahnya produktivitas dan mutu sehingga tidak memenuhi standar ekspor. Rendahnya produktivitas kakao antara lain disebabkan serangan Organisme Pengganggu Tanaman.Sehingga pengendalian terhadap hama dan penyakit tanaman kakao perlu dilakukan dengan tujuan menekan perkembangan populasi hama dan patogen agar tidak merugikan secara ekonomis dan meningkatkan ketahanan tanaman. Upaya pengendalian hama dan penyakit pada komoditas kakao dapat dilakukan dengan pengendalian jangka pendek dan jangka panjang. Upaya pengendalian jangka pendek dengan menerapkan implementasi pengendalian hama terpadu (PHT) yaitu Kultur Teknis (pangkasan, pemupukan, panen sering), Sanitasi (pembenaman kulit buah dan plasenta),

Selain itu langkah praktis dalam mengatasi permasalahan komoditas kakao dengan meningkatkan peran petani dan penyuluh serta pengamat OPT dalam kegiatan pemuliaan dan pengendalian. Perlunya inovasi teknologi untuk peningkatan produktivitas, mutu dan ketahanan kakao melalui proses perakitan varietas unggul baik hibridisasi, introduksi, mutasi dan rekayasa genetik. Peningkatan standar mutu kakao hulu hilir. Sinergi antar Kementerian Lembaga baik pemerintah maupun swasta. Dalam kondisi ideal seperti penggunaan benih unggul, budidaya sesuai GAP, penanganan OPT, pengolahan pasca panen akan menghasilkan biji kakao yang memenuhi standar SNI sehingga akan meningkatkan nilai tambah dan daya saing kearah ekspor yang berkelanjutan dan permasalahan komoditas kakao selama ini dapat diatasi.

Bagikan:

× Live Chat